29.09.2009
20:08:42
Dulu aku suka hujan, ketika aku ngelewatinnya sama kamu, sambil bercanda atau sekedar nemenin kamu main game. Sekarang aku benci hujan. Karena itu cuma ngebuat aku
harus mengingat kamu lagi
29.09.2009
20:12:18
Dulu aku suka hujan, ketika kita kehujannan dan ga bawa payung, lari2an sambil tetap pegangan tangan. ketika kita pelukan biar ga kedinginan.
Hari ini aku benci hujan. Karena aku tau kamu mungkin lagi lari2an sama cewe lain
29.09.2009
20:21:11
Dulu aku suka hujan, menari di dalamnya, dengan bebas tanpa beban. Lalu setelahnya, kamu akan mengalungkan jaketmu (yang sebenarnya tidak membantu apa2), memberikan kehangatan dalam tentram. Sekarang aku benci hujan. Hujan hanya mampu menyembunyikan bulir2 air mataku. Sebab setelahnya, tdak akan ada ladi kamu dengan segala kebiasanmu.
29.09.2009
20:22:38
Dulu aku suka hujan, ketika kita tidak bisa saling bicara. Kita berteriak2 seperti orang bodoh, mencoba meredam hujan.
Hari ini aku benci hujan, Karena hujan membungkamku yang kehilangan kamu.
29.09.2009
20:25:50
Tolong jawab pertanyaanku. Bisakah kau kembalikan minatku pada hujan?
29.09.2009
20:26:38
Atau mungkin aku harus menunggu hingga nanti ada yang membuatku berminat pada pelangi, bintang, dan matahari.
29.09.2009
20:34:35
Aku hanya sedikit berharap. Ketika hujan datang. Tidak hanya aku yang merasakan getir ini.
29.09.2009
20:34:55
Atau mungkin justru kamu disana baru mulai meminati hujan tanpa aku?
29.09.2009
20:38:25
Ketika hujan datang. Aku menangis bungkam. Sedang ngkau tertawa riang.
Sudah sejauh itukah perbedaan kita?
Rasanya baru sedetik lalu aku melepas genggaman tanganmu..
29.09.2009
20:38:33
Demi Tuhan, jika aku tak bisa buat kau benci pada hujan.. kan kubuat hujan benci padamu.
(Sebuah percakapan dua arah lewat pesan singkat, dalam satu peran. di bawah hujan. tentang pikiran2 yang bermunculan. setelah kami sama2 menyetujui hidup memang bukan matematika.)
*mencoba bermonolog dalam dua jiwa.
Rilutasa dn Putriana Perwitasari.
20:08:42
Dulu aku suka hujan, ketika aku ngelewatinnya sama kamu, sambil bercanda atau sekedar nemenin kamu main game. Sekarang aku benci hujan. Karena itu cuma ngebuat aku
harus mengingat kamu lagi
29.09.2009
20:12:18
Dulu aku suka hujan, ketika kita kehujannan dan ga bawa payung, lari2an sambil tetap pegangan tangan. ketika kita pelukan biar ga kedinginan.
Hari ini aku benci hujan. Karena aku tau kamu mungkin lagi lari2an sama cewe lain
29.09.2009
20:21:11
Dulu aku suka hujan, menari di dalamnya, dengan bebas tanpa beban. Lalu setelahnya, kamu akan mengalungkan jaketmu (yang sebenarnya tidak membantu apa2), memberikan kehangatan dalam tentram. Sekarang aku benci hujan. Hujan hanya mampu menyembunyikan bulir2 air mataku. Sebab setelahnya, tdak akan ada ladi kamu dengan segala kebiasanmu.
29.09.2009
20:22:38
Dulu aku suka hujan, ketika kita tidak bisa saling bicara. Kita berteriak2 seperti orang bodoh, mencoba meredam hujan.
Hari ini aku benci hujan, Karena hujan membungkamku yang kehilangan kamu.
29.09.2009
20:25:50
Tolong jawab pertanyaanku. Bisakah kau kembalikan minatku pada hujan?
29.09.2009
20:26:38
Atau mungkin aku harus menunggu hingga nanti ada yang membuatku berminat pada pelangi, bintang, dan matahari.
29.09.2009
20:34:35
Aku hanya sedikit berharap. Ketika hujan datang. Tidak hanya aku yang merasakan getir ini.
29.09.2009
20:34:55
Atau mungkin justru kamu disana baru mulai meminati hujan tanpa aku?
29.09.2009
20:38:25
Ketika hujan datang. Aku menangis bungkam. Sedang ngkau tertawa riang.
Sudah sejauh itukah perbedaan kita?
Rasanya baru sedetik lalu aku melepas genggaman tanganmu..
29.09.2009
20:38:33
Demi Tuhan, jika aku tak bisa buat kau benci pada hujan.. kan kubuat hujan benci padamu.
(Sebuah percakapan dua arah lewat pesan singkat, dalam satu peran. di bawah hujan. tentang pikiran2 yang bermunculan. setelah kami sama2 menyetujui hidup memang bukan matematika.)
*mencoba bermonolog dalam dua jiwa.
Rilutasa dn Putriana Perwitasari.
Monolog 2. (24 November 2009)
Dulu kau suka hujan, ketika kau melewatinnya bersamaku, tawa canda atau sekedar manja menemaniku sepanjang hujan.
Sekarang setiap hujan, tak pernah habisnya anganku tenggelam dalam mengingat mu kembali.
Dulu kamu suka hujan, ketika diguyur hujan dan sengaja tak berpayung, memintas jalan sambil tetap berpegang tangan. sengaja seolah menantang alam bahwa kita tak akan pernah terpisahkan.
Hari ini hujan. Dan ku kira kau juga tengah melamunkannya sendiri disana.
Dulu kau suka hujan, menari di dalamnya, dengan bebas tanpa beban. Percik-percik air hujan di tubuh kita dibiarkan kering tanpa diseka. Kesejukannya melengkapi aroma cinta. Sekarang hanya hujan. Hujan yang mampu menghadirkan kehangatanmu di jantungku di paru-paruku. Gulir senyum kecilmu yang dulu riang, kini sontak membuatku sendu.
Hingga kini aku suka hujan, meski kita tak lagi bisa saling sapa. Setelah aku kalah untuk mempertahankanmu, aku kan selalu menolak untuk kehilangan kenangan bersamamu.
Sepanjang udara mengisi dadaku, dunia tak kan mampu membuatku bisu.
Jika kau benci hujan, mari kuingatkan bagaimana hujan membangun cinta yang kau tunjukkan kala rembulan di tengah padang.
Sekarang setiap hujan, tak pernah habisnya anganku tenggelam dalam mengingat mu kembali.
Dulu kamu suka hujan, ketika diguyur hujan dan sengaja tak berpayung, memintas jalan sambil tetap berpegang tangan. sengaja seolah menantang alam bahwa kita tak akan pernah terpisahkan.
Hari ini hujan. Dan ku kira kau juga tengah melamunkannya sendiri disana.
Dulu kau suka hujan, menari di dalamnya, dengan bebas tanpa beban. Percik-percik air hujan di tubuh kita dibiarkan kering tanpa diseka. Kesejukannya melengkapi aroma cinta. Sekarang hanya hujan. Hujan yang mampu menghadirkan kehangatanmu di jantungku di paru-paruku. Gulir senyum kecilmu yang dulu riang, kini sontak membuatku sendu.
Hingga kini aku suka hujan, meski kita tak lagi bisa saling sapa. Setelah aku kalah untuk mempertahankanmu, aku kan selalu menolak untuk kehilangan kenangan bersamamu.
Sepanjang udara mengisi dadaku, dunia tak kan mampu membuatku bisu.
Jika kau benci hujan, mari kuingatkan bagaimana hujan membangun cinta yang kau tunjukkan kala rembulan di tengah padang.
(menjawab sisi lain hujan, ktika di suatu saat kau bertabur hujan yang membawa keberkahan. Setelahnya, senyum kecilmu tak akan pernah hilang.....!)
Donny Abdul Latif.
Monolog 3 (24 november 2009).
Dulu atau sekarang.
Aku tetap suka hujan.
Ketika dia melebur aroma debu di balut rintiknya
dulu atau sekarang
aku tetap suka hujan
ketika dia mampu menyusun kembali angan2 yg bahkan s4 tergenang tanpa arah.
Aku akan tetap suka hujan
denganmu ataupun tanpamu.
(menilik hujan dari persepsi kekuatan harga diri,sedikit tambahan)
Aku tetap suka hujan.
Ketika dia melebur aroma debu di balut rintiknya
dulu atau sekarang
aku tetap suka hujan
ketika dia mampu menyusun kembali angan2 yg bahkan s4 tergenang tanpa arah.
Aku akan tetap suka hujan
denganmu ataupun tanpamu.
(menilik hujan dari persepsi kekuatan harga diri,sedikit tambahan)
RILUTASA
RILUTASA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar