Minggu, 03 Oktober 2010

mungkin, selamat tinggal.

: Si pengukir luka

"Cintaku padamu seperti titisan hujan,
yang tak pernah mengaduh kesakitan ketika ia harus jatuh"
Tapi titisan tangisku malam itu, membuatku harus mengaduh, membuat cintaku mau tak mau ku paksa luruh.

"Cintaku padamu seperti kunang2
pasrah pada malam, renyuh pada alam."

Tapi kau menghentakku, hingga sinarnya sirna, pasrah ku kau ambil kira, alamku kau luluh punah.

"Cintaku padamu
mengatasi segalanya."

Tapi Logikaku, menggerogoti semuanya.


Mengertilah, bahwa apa yang kita inginkan tidak selamanya akan sama dengan apa yang kita hadapi. Jangan pernah menyangkal atas sesuatu yang telah terlewati, atas rasa yang membuat ku jatuh hampir mati. Jadilah orang yang bisa mengemas ringkas hal2 yang tak sepatutnya ada. aku bukan seorang hakim, dan aku tidak pernah terfikir sekalipun untuk menghakimimu.

Ingat ketika suatu masa, kamu berandai2, jika suatu hari nanti kamu mencintai orang lain. perasaan itu tidak akan sama sekali mengganggu atau mengurangi perasaanmu kepadaku. itulah keyakinanmu. Karena itu tolong dengarlah juga keyakinanku ini. Kepergianku sebentar lagi, keputusanku untuk melepaskanmu, juga sama sekali tidak akan mengurangi perasaanku padamu. Hanya saja luka yang kau sempat ukir, membuatku terlalu takut melangkah. Terlalu takut untuk bersama. Jadi aku mohon biarlah kita hanya jadi kisah.


Sometimes second chance just will make second pain, rite?


RILUTASA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar