Kamis, 15 Juli 2010

Pemuja

Ada kalanya kita harus berada di posisi ketiga seseorang, mengamati seseorang dari jauh, mendoakannya bahagia, tersenyum atau semua pencapaiannya, dan menemaninya dengan posisi yang dia mau. Tapi pernahkah kalian berfikir, sampai kapan kalian menahan perasaan itu?

Kita mencintai dia,
Karena itu kita rela menelponnya tengah malam saat dia sedang menangisi mantan pacarnya yang baru saja mendeklarasikan hubungannya lewat sebuah situs jejaring sosial. Kita ikut mengutuk Si mantan itu dan menguatkannya. Kita katakan dengan lantang bahwa dia terlalu berharga untuk menangisi kepergian seseorang yang tidak berguna. Kita menghiburnya dengan mengatakan bahwa banyak orang lain diluar sana yang sangat mengharapkan tempat di hatinya.
Tapi kita lebih mencintai dia, karena kita tidak pernah benar2 mengatakan, bahwa orang lain di luar sana yang kita sebutkan di momen sebelumnya. adalah diri kita sendiri.

Kita mencintai dia,
Ketika kita tiba2 terbangun tengah malam dan sangat2 merindukan dia, tiba2 senyumnya mendominasi semua ingatan kita. Kita merangkai2 ingatan tentang lekuk senyum dia, cara dia membalas sms kita, cara dia menyemangati kita, cara dia berkomunikasi dengan kita, bahkan kita mulai mengeja suku persuku kata yang sempat dia ucapkan untuk kita, di ruang rasa.
Tapi kita lebih mencintai dia, karena ketika semua perasaan rindu yang kita punya, kita hanya akan mengirimkan pesan bertuliskan. "Udah tidur ya? pengen ganggu doang, lagi ga ada kerjaan, hahahaha"

Kita mencintai dia,
Ketika kita mencoba menggali tahu tentang dia, situs apa saja yang sedang dia ikuti, siapa teman2nya, ada hal baru apa di facebooknya, apa yang baru dia postkan di blognya. foto apa yang baru saja dia upload. lalu kita akan merangka2 sendiri apa yang sedang dia lewati. Sambil tersenyum, mengingat betapa sedang bahagianya dia hari itu.
Tapi karena kita lebih mencintai dia, kita hanya akan menjawab "oh ya? aku belum lihat, memangnya tentang apa postingmu kali ini?" saat dia memberitahu bahwa dia baru saja mempostingkan sesuatu di blognya.

Kita mencintai dia,
Ketika kita sudah tidak benar2 sanggup lagi menahan perasaan kita padanya, ketika membayangkan dia malah mebuat kita semakin tersiksa. ketika kita sudah berangan2 tentang dia. Ketika akhirnya kita memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya. Ketika kita ingin dia tahu bahwa selama ini kita mati2an ingin menjaganya.
Tapi karena kita lebih mencintai dia, kita bunuh perasaan kita itu dalam2, membuang semua angan2 kita. dan membiarkan dia dengan sendirinya memilih apa yang terbaik dalam hidupnya. Sembari terus berjanji untuk menjadi sahabat yang selalu ada di sampingnya.

Kita benar2 sangat mencintai dia,
Saat kita membaca apa yang sedang saya tulis ini sambil tersenyum, dan bersyukur dalam hati, bahwa kita sudah melakukan semua yang ada di paragraf2 sebelumnya. :)


RILUTASA

4 komentar: