Rabu, 17 Agustus 2011

untuk kenangan yang (masih) sering saya cari jejaknya

( :benar: ini memang bukan puisi )
sedikitpun aku tidak pernah bahagia, :saat kau merasa aku pernah: mengambil yang pernah menjadi milikmu.
mungkin memang saat itu ada cinta yang kutunggu,
tapi aku tidak pernah menjadikan persahabatan kita berakhir setega itu.
karena tak satupun dari detik kita, kulalui untuk mengelabuimu.
tidak ada luka atau perih yang ingin aku ulang.. tolong ingatlah canda dan tangis kita.
karena bukan cuma satu pihak saja yang menganggap ini indah. hatiku masih terus sering bertanya tentang kabarmu. tentang hidupmu.
aku tak penah menaifkan ini.dan luka yang aku punya saat itu.bukan karena mu.

semua ini tidak bisa diselesaikan dengan terserah. dia hanya manusia yang kebetulan pernah mampir di hidupmu. dan secara tidak sengaja juga pernah hadir di hatiku.dan bukan suatu penyesalan jika tidak seorangpun dari kita mendapatkannya, bukan? beruntung aku tau, kau telah berbahagia dengan lelakimu. dan :untuk kau tau: aku juga telah berbahagia dengan hidupku.
tapi jujur aku rindu berbagi. tentang jalan yang aku lewati tanpamu.
berharap dapat lewati masa gelap dan terang kita seperti dulu. karena, sudah tak ada lagi cinta di tengahnya :sekalipun ada itu tidak pernah mempengaruhi hubungan kita kan:.
seperti ucapku kala itu. dan setujumu tentang itu. kita akan terus jadi sahabat. walau tinggal nama sekalipun.


luli
untuk seorang sahabat. yang mempublishkan notesnya pada 21 january 2009, dan saya merasa sedang dibicarakan di dalamnya.
jangan ikhlaskan saya. cinta itu sudah kadaluarsa.
aku hanya bisa berharap, kita bisa mengubah kekejaman takdir itu.
kembalilah dalam cerita.




Ps : Unfortunately, it is just a fiction. Sebuah sahutan untuk tulisan seorang sahabat saya, yang juga cuma fiksi, dan sempat di salah artikan oleh banyak orang.
21 august 2009
RILUTASA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar